MISTERI JALUR ALAS ROBAN YANG MELEGENDA
Bicara tentang jalur
Pantura Jawa Tengah tentunya tak lepas dari nama Alas Roban dengan cerita
misteri dan keangkerannya. Jalur ini terletak di Kecamatan Gringsing Kabupaten
Batang dengan panjang sekitar 4 kilometer. Jalan ini merupakan peninggalan
kolonial Belanda hasil kerja paksa atas perintah Gubernur Jenderal Daendels
sehingga sering disebut juga jalan Daendels. Nama jalur Alas Roban amatlah
terkenal bahkan ketenarannya melebihi nama Batang sebagai Kabupaten yang
menaungi wilayah tersebut.
Jalur Alas Roban terdiri
atas jalan dua lajur yang membelah belantara hutan jati milik Perhutani dengan
kontur tanjakan, turunan dan tikungan tajam. Jurang dalam menghias sepanjang
jalur di satu sisi dan di sisi yang lain menjulang tebing tinggi. Sepanjang
jalan itu tidak ada satupun rumah penduduk dan tanpa penerangan sama sekali sehingga
kalau malam gelap gulita. Lansdscape
inilah yang membuatnya terlihat menyeramkan, apalagi banyak terjadi kecelakaan
yang merenggut korban jiwa.
Keangkeran jalur Alas
Roban menjadi cerita turun temurun rakyat setempat dengan berbagai bumbu dan
versi. Ada yang menyebut jalur Alas Roban ini banyak merenggut nyawa para
tenaga kerja akibat kekejaman penjajah Belanda dan mayatnya dikuburkan di
sekitar jalan tanpa pemakaman yang layak sehingga arwahnya gentayangan. Ada
lagi versi yang menyebut daerah ini pada tahun 1965 menjadi tempat pembantaian
para pengikut PKI. Di tengah jalur memang ada yang namanya “PKI PITU” yang
konon ada tujuh anggota PKI yang dieksekusi dan dikuburkan di situ.
Mengenai hal ini
dibenarkan oleh Mbah Warno (75 tahun), yang menceritakan dulu dirinya menonton
PKI yang dibunuh beramai-ramai. Bahkan katanya ada seorang Lurah yang tidak
mempan ditembak dan akhirnya dikubur hidup-hidup. Mungkin ini menjadi catatan
kelam sejarah Alas Roban jika memang benar terjadi.
Lain lagi cerita rakyat
yang berkembang di Dukuh Bunderan Desa Plelen Kecamatan Gringsing. Warga
Bunderan mempercayai ada makhluk halus berwujud perempuan penunggu jalur Alas Roban
bernama GADUNGAN. Perempuan yang diceritakan masih muda dan cantik ini
berpakaian kebaya ala wanita Jawa berwarna hijau (Gadung=hijau daun).
Kemunculannya sekitar senja dan mengganggu pengendara terutama supir truk yang
suka iseng. Jika berani berhenti dan menaikkan Gadungan akan tamatlah riwayat
supir berserta truknya. Cerita ini masih ada sampai sekarang. Tidak diketahui
asal muasal wanita ini sampai menjadi penghuni Alas Roban.
Jalur Alas Roban memang
unik. Terlepas dari cerita menyeramkan jalur ini memang menakutkan secara kasat
mata. Dari arah timur pengguna jalan pertama kali masuk kawasan Alas Roban akan
langsung berhadapan dengan tanjakan dan tikungan tajam. Ditikungan itu tumbuh
pohon beringin raksasa yang sudah berusia ratusan tahun. Agak ke bawah sedikit
ada sebongkah batu seukuran mobil yang konon berpenunggu. Setelah itu jalan
tanjakan dan tikungan menghadang dan siap menerkan jika lengah. Daerah ini
berada di tengah-tengah lalu lintas Pulau Jawa sehingga menjadi titik lelah. Kelelahan
ini terkadang membuat halusinasi yang memicu terjadinya kecelakaan.
Sebelum tahun 1990 jalur
ini adalah satu-satunya jalan yang menjadi urat nadi perekonomian nasional dan
ramai lalu lintas. Tapi sejak dibangun jalan alternatif (sebelah kiri dari arah
barat), Jalur Alas Roban menjadi agak sepi karena mobil kecil tidak lagi
melaluinya. Dan diawal tahun 2000 dibangun lagi jalan lingkar beton yang lebar
dan lapang. Jadilah jalur Alas Roban semakin ditinggalkan dan semakin sepi
tentunya. Hanya beberapa truk saja yang
masih mau melewatinya.
Melewati jalur Alas Roban
sebenarnya mengasyikkan. Lokasinnya yang teduh, meliuk-liuk dan beraspal mulus menjadi
sensasi tersendiri. Jika siang hari dan kondisi bugar cobalah melaluinya dan rasakan
pengalaman yang tak terlupakan.
Edi S Febri
Jurnalis
Alas roban riwayatmu
BalasHapus